Pendapatan Operasional Maybank Indonesia Semester 1 2019 Naik 2,1% Didukung Kenaikan Pendapatan Bunga dan Fee Based Income

 

Ikhtisar Keuangan Konsolidasian per 30 Juni 2019

 
 
Pertumbuhan secara tahunan
  • Pendapatan Operasional Sebelum Provisi naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun
  • Pendapatan Non Bunga (Fee based income) naik 14,1% menjadi Rp1,2 triliun
  • Pendapatan Bunga Bersih tumbuh 2,4% menjadi Rp4,0 triliun
  • Kredit Perbankan Global tumbuh 25,6% menjadi Rp37,8 triliun dan total kredit meningkat 6,6% menjadi Rp135,4 triliun
  • Total simpanan sebesar Rp125,2 triliun, naik 10,1% dibanding tahun lalu   
  • Total Simpanan Nasabah Syariah tumbuh 44,2% menjadi Rp27,1 triliun
  • Total aset Perbankan Syariah naik 15,3% menjadi Rp33,7 triliun, memberikan kontribusi 18,3% dari total aset konsolidasi Bank
  • Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah membaik signifikan dari 121,9% pada Juni 2018 menjadi 88,5% pada Juni 2019
  • Posisi modal yang kuat dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 19,1% dan total modal sebesar Rp26,2 triliun
 
 
 
Jakarta, 29 Juli 2019
  
PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia atau Bank) hari ini mengumumkan pendapatan operasional sebelum provisi naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun untuk semester pertama yang berakhir 30 Juni 2019 dibandingkan dengan Rp1,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.  Pertumbuhan Pendapatan Operasional ini terutama didukung peningkatan fee based income, manajemen pengelolaan biaya yang berkelanjutan dan kenaikan pendapatan bunga bersih sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 6,6% selama enam bulan pertama 2019.
 
Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp757 miliar untuk semester pertama yang berakhir 30 Juni 2019 dibandingkan dengan Rp933 miliar semester sebelumnya yang berakhir 30 Juni 2018 karena adanya peningkatan provisi sehubungan Bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang.
 
Bank mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1,0 triliun pada Juni 2018 didukung fee Global Market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit dan layanan lain yang disediakan Bank.  Pendapatan bunga bersih meningkat 2,4% menjadi Rp4,0 triliun dari Rp3,9 triliun sementara Marjin Bunga Bersih sedikit menurun yaitu sebesar 28 basis poin menjadi 4,8%.  Hal ini disebabkan oleh surplus likuiditas karena Bank melakukan langkah proaktif untuk memastikan Bank memiliki likuiditas yang cukup untuk memitigasi risiko selama dan setelah pemilihan umum.  Bank akan meneruskan pelaksanaan pricing kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat lebih baik memitigasi tekanan pada marjin.
 
Biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan sebesar 6,5% menjadi Rp3,2 triliun pada Juni 2019 dari Rp3,0 triliun pada Juni 2018 sebagai hasil inisiatif pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit Bank.  Biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 111,7%.  Tanpa biaya insentif tersebut, biaya operasional turun 1,3% pada Juni 2019.
 
Kredit meningkat sebesar 6,6% menjadi Rp135,4 triliun per 30 Juni 2019 dari Rp127,1 triliun per 30 Juni 2018.  Perbankan Global membukukan pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 25,6% menjadi Rp37,8 triliun dari Rp30,1 triliun terutama didukung kredit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas (perusahaan top tier)untuk pembiayaan infrastruktur dan investasi.  Kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh sebesar 1,6% menjadi Rp54,6 triliun, sementara kredit CFS Ritel tercatat sebesar Rp43,0 triliun per Juni 2019.  Bank mengelola turunnya eksposur dari commercial accounts yang menyebabkan peningkatan Non-Performing Loans (NPL) dan telah secara aktif melakukan restrukturisasi.
 
Bank menjaga posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah meningkat 10,1% menjadi Rp125,2 triliun pada Juni 2019.  Rasio Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada level yang sehat sebesar 92,3% sementara Rasio Liquidity Coverage (LCR Bank) berada pada 165,7% per Juni 2019, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.  Selama semester pertama 2019 Bank juga menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Bank Tahap IV sebesar Rp640,5 miliar untuk lebih lanjut mendiversifikasi dan memperkuat profil likuiditas.
 
Bank meningkatkan provisi kerugian kredit (loan loss provision) nasabah sebesar 46,3% menjadi Rp975 miliar pada Juni 2019 yang terutama disebabkan oleh beberapa nasabah komersial.  Bank terus menempuh langkah proaktif untuk mendukung nasabah dalam menghadapi tantangan dan akan terus melakukan langkah konservatif dalam menjaga postur risikonya untuk meningkatkan kualitas aset.
 
Posisi modal Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal sebesar 19,1% pada Juni 2019 dibandingkan 18,8% tahun lalu dan total modal Rp26,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp24,7 triliun per Juni 2018.
 
Perbankan Syariah
 
Perbankan Syariah mencatat pertumbuhan sebesar 15,3% pada total aset mencapai Rp33,7 triliun pada Juni 2019 dari Rp29,2 triliun pada Juni 2018, memberikan kontribursi 18,3% terhadap total aset konsolidasi Bank sementara total pembiayaan tumbuh 4,9% menjadi Rp24,1 triliun dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) sebesar 3,0% (gross) dan 2,1% (net) pada Juni 2019 dibandingkan dengan 2,9% (gross) dan 1,9% (net) pada Juni 2018.  Perbankan Syariah berhasil meningkatkan total simpanan yang melonjak 44,2% menjadi Rp27,1 triliun pada Juni 2019.  Ini didorong oleh usaha yang terfokus dalam meningkatkan customer base dan peluncuran produk inovatif seperti tabungan haji My Arafah.
 
 
Anak Perusahaan
 
PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) terus mencatat kinerja yang solid dengan laba sebelum pajak meningkat sebesar 19,4% menjadi Rp229 miliar pada semester pertama 2019 meskipun total pembiayaan mengalami penurunan sebesar 3.8%.  Maybank Finance fokus untuk memastikan pengelolaan kualitas aset yang baik dengan penurunan NPL pada 0,34% (gross) dan 0,19% (net) per 30 Juni 2019 dibandingkan 0,65% (gross) dan 0,38% (net) pada periode yang sama tahun lalu.
 
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM), total pembiayaan konsumen (WOM saja) turun 12,1% menjadi Rp7,3 triliun per Juni 2019 sejalan dengan industri yang mengalami penurunan volume bisnis dalam enam bulan pertama 2019.  WOM memilih untuk tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjaga postur risiko sehubungan dampak ekonomi yang terjadi terhadap potensi pengeluaran (spending potential) segmen konsumennya.  Provisi kerugian kredit WOM meningkat 6,8% menjadi Rp249 miliar terutama sehubungan dampak portofolio menyusul bencana alam di Palu, Sulawesi Tengah pada semester pertama.  Penurunan volume bisnis dan dampak force majeure menyebabkan penurunan laba sebelum pajak menjadi Rp99 miliar pada Juni 2019 dari Rp139 miliar pada Juni 2018 (diaudit). NPL gross WOM meningkat dari 2,42% pada Juni 2018 menjadi 2,98% pada Juni 2019, tetapi, NPL net membaik dari 1,27% menjadi 0,81%.  Ke depan, WOM akan terus fokus untuk menumbuhkan bisnis dengan praktik manajemen risiko yang prudent.
 
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, Enam bulan pertama 2019 terbukti memiliki tantangan yang sama seperti tahun lalu.  Meskipun terjadi perlambatan di beberapa bidang, core business dan fondasi kami tetap kokoh dan kami akan terus meningkatkan aset kami secara selektif untuk memastikan terjaganya kualitas aset.  Selain melanjutkan rekalibrasi model bisnis ritel kami, perjalanan transformasi kami ke depan akan fokus pada optimalisasi teknologi untuk memberikan pengalaman nasabah yang lebih baik di seluruh touchpoints.  Ini akan ditandai dengan peluncuran platform baru digital banking M2U dan pembaruan website kami.  Dengan melakukan ini, kami dapat melanjutkan peningkatan value bagi stakeholder sementara pada saat yang sama menangkap peluang untuk pertumbuhan di masa depan.”
 
Presiden Komisaris Maybank Indonesia dan Group President & CEO Maybank, Datuk Abdul Farid Alias mengatakan, “Menghadapi kondisi pasar yang masih terus melambat, kami akan menjaga pendekatan yang prudent dengan memfokuskan pertumbuhan pada kualitas dan produktivitas, sementara memprioritaskan pengelolaan biaya dan likuiditas yang efektif.  Agenda transformasi digital kami di seluruh Group akan membawa Maybank Indonesia kepada fase pertumbuhan berikutnya dan memungkinkan untuk meningkatkan customer base dengan pengelolaan biaya yang efektif.  Kami juga mempersiapkan karyawan kami untuk siap menyambut masa depan dan dapat terus meningkatkan peluang yang dibawa digitisation.
 
Catatan untuk editor
Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang memiliki jaringan regional maupun internasional Grup Maybank. Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan Community Financial Services (Perbankan Ritel dan Perbankan Non-Ritel) dan Perbankan Global, serta pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda dua dan Maybank Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus mengembangkan layanan dan kapasitas Digital Banking melalui Mobile Banking, Internet Banking, Maybank M2U (mobile banking berbasis internet banking) dan berbagai saluran lainnya.
 
Per 30 Juni 2019, Maybank Indonesia memiliki 385 cabang termasuk cabang Syariah yang tersebar di Indonesia serta satu cabang luar negeri (Mumbai, India), 21 Mobil Kas Keliling dan 1.606 ATM termasuk CDM (Cash Deposit Machine) yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS, dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura, Malaysia dan Brunei. Hingga akhir Juni 2019, Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp125,2 triliun dan memiliki total aset senilai Rp183,6 triliun.
 
 
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi:
Esti Nugraheni, Head, Corporate Communications
Telp: +6221 2922-8888