3 Februari 2025
Sepekan terakhir IHSG mengalami pelemahan sebesar 1,01% didorong oleh sektor kebutuhan dasar dan sektor properti yang masing-masing menyumbang 4,00% dan 3,89% terhadap indeks. Investor asing juga melakukan aksi jual sebesar Rp1,81 triliun.
Investasi asing langsung (FDI) di Indonesia tumbuh pada tingkat tercepat sejak kuartal keempat 2022, didorong oleh investasi di sektor energi hijau, kendaraan listrik, dan manufaktur. Data FDI yang kuat ini memberikan optimisme bagi pasar modal domestik.
Pasar obligasi Indonesia juga menunjukkan tren positif, dengan imbal hasil SRBI 12 bulan dari lelang terbaru turun menjadi 6,74%, level terendah sejak Oktober 2023. Sejak keputusan mengejutkan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga, imbal hasil ini telah turun sekitar 49 bps. Imbal hasil obligasi pemerintah (IndoGB) juga mengalami penurunan, dengan tenor 1 tahun turun ke 6,83% dan tenor 10 tahun kembali di bawah 7%.
Hubungan perdagangan yang erat dengan China, ditambah dengan kebijakan tarif AS yang lebih moderat terhadap China, bisa membawa dampak positif bagi Indonesia. Selain itu, perkembangan AI di China juga dapat membuka peluang baru bagi Indonesia dalam rantai pasok teknologi global.
Secara keseluruhan, prospek saham dan obligasi Indonesia tetap menjanjikan, terutama dengan adanya kejelasan investasi asing yang sejalan dengan kebijakan ekonomi Presiden baru. Kami tetap optimis terhadap pasar ekuitas dan masih memiliki preferensi terhadap obligasi dengan durasi lebih panjang.
Federal Reserve (The Fed) mengadakan pertemuan pertama tahun ini dan, seperti yang diperkirakan, mempertahankan suku bunga tanpa perubahan. Namun, pertumbuhan ekonomi tahunan AS lebih rendah dari perkiraan, menandakan pertumbuhan terlemah dalam tiga kuartal terakhir. Data klaim awal pengangguran juga mulai stabil setelah sempat meningkat dalam dua minggu terakhir, menunjukkan pasar tenaga kerja yang tetap kondusif.
Keputusan The Fed ini tidak terlalu mengejutkan, tetapi ada perubahan dalam pernyataan mereka, di mana inflasi tidak lagi disebut sedang menuju target 2%. Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menyatakan bahwa bank sentral membutuhkan lebih banyak data yang lebih lemah sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga mungkin akan lebih terbatas dibandingkan perkiraan sebelumnya. Meskipun demikian, ekspektasi pasar terhadap ukuran pemangkasan suku bunga sejak awal tahun masih relatif stabil.
Di sisi lain, pasar saham AS mendapat kejutan besar setelah peluncuran DeepSeek R1, model kecerdasan buatan (AI) terbaru dari China, yang diklaim memiliki kemampuan setara dengan AI terkemuka seperti ChatGPT tetapi dengan biaya yang jauh lebih rendah. Model ini juga memanfaatkan chip NVIDIA H800, yang memiliki spesifikasi lebih rendah dibandingkan chip utama NVIDIA. Reaksi pasar cukup negatif, dengan saham NVIDIA turun sekitar 17% dalam sehari, dipicu oleh kekhawatiran tentang efisiensi belanja modal perusahaan teknologi AS serta potensi persaingan dari China.
Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar dengan sikap yang lebih moderat terhadap tarif untuk China, tetapi justru mengambil langkah lebih keras terhadap Kanada dan Meksiko dengan mengusulkan tarif impor sebesar 25%. Meskipun Trump sempat menyebutkan tarif ini akan berlaku mulai 1 Februari, rincian spesifik tentang barang yang terkena dampaknya masih belum jelas. Namun, mengingat rekam jejak Trump yang sering berubah pikiran, kebijakan ini bisa saja hanya dijadikan alat negosiasi. Jika Trump mempertahankan sikapnya terhadap China, hal ini dapat menjadi katalis positif bagi negara-negara berkembang (EM) di masa depan.
Aktivitas sektor manufaktur dan non-manufaktur di China lebih lemah dari perkiraan, seperti yang tercermin dalam rilis data PMI resmi. Namun, China tetap menjadi pusat perhatian global setelah peluncuran DeepSeek R1, model AI terbaru yang berpotensi mengubah peta persaingan di industri kecerdasan buatan. Pengembangan AI ini juga meningkatkan optimisme terhadap kemampuan teknologi China, terutama setelah keberhasilan mereka di sektor kendaraan listrik (EV).
Sikap moderat Trump terhadap tarif China juga menjadi sentimen positif, karena dapat mendukung pemulihan ekonomi mereka. Jika kebijakan ini tetap berlanjut, maka dampaknya bisa menguntungkan bagi China dan negara-negara mitra dagang mereka, termasuk Indonesia.
Sumber : Refinitiv
Data Makro
Data Makro | Sekarang | Sebelumnya |
---|---|---|
PDB ID | 4,95% | 5,05% |
Inflasi ID | 1,57% | 1,55% |
Suku Bunga ID | 5,75% | 6% |
Pengangguran ID | 4,82% | 5,32% |
Neraca Dagang ID | $2,47 Bio | $3,26 Bio |
Kalender Ekonomi
Minggu Ini | |||
---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
3 Februari | ID – S&P Global Manufacturing PMI | 51,6 | 51,2 |
ID - Inflation m/m | 0,32% | 0,44% | |
ID - Inflation y/y | 1,88% | 1,57% | |
ID - Core Inflation y/y | 2,30% | 2,26% | |
CN – Caixin Manufacturing PMI | 50,5 | 50,5 | |
EU – Inflation m/m | -0,2% | 0,4% | |
EU – Inflation y/y | 2,5% | 2,4% | |
EU - Core Inflation y/y | 2,6% | 2,7% | |
US – ISM Manufacturing PMI | 49,5 | 49,3 | |
5 Februari | ID – GDP Growth Rate q/q | 0,6% | 1,5% |
ID – GDP Growth Rate y/y | 4,96% | 4,95% | |
6 Februari | US – Initial Jobless Claim | 214k | 207k |
7 Februari | US - Non-Farm Payrolls | 170k | 256k |
US - Unemployment Rate | 4,1% | 4,1% | |
9 Februari | CN – Inflation Rate m/m | 0,2% | 0% |
CN – Inflation Rate y/y | 0% | 0,1% |
Minggu Sebelumnya | ||||
---|---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Aktual | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
20 Januari | CN – Interest Rate | 3,1% | 3,1% | 3,1% |
23 Januari | US – Initial Jobless Claim | 223k | 215k | 217k |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI USD | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana USD Nusantara | -1,79% | -3,86% | -2,06% | -1,79% | -2,61% |
Fixed Income | BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 | 0,58% | -1,01% | 0,84% | 0,58% | 2,01% | |
Fixed Income | BRI Melati Premium Dollar | 0,59% | -2,17% | -0,90% | 0,59% | -0,54% | |
Fixed Income | Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A | 0,70% | -0,65% | 0,46% | 0,70% | 1,17% | |
Fixed Income | Schroder USD Bond | 0,87% | -0,49% | 1,10% | 0,87% | 2,23% | |
Medium to High | Develop Market Equity | Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar | -0,97% | -1,96% | 0,60% | -0,97% | 7,64% |
Technology Equity | Batavia Technology Sharia Equity | 3,93% | 5,39% | 14,10% | 3,93% | 17,06% | |
China Equity | BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 | 2,01% | -0,54% | 17,00% | 2,01% | 21,17% | |
Develop Market Equity | Schroder Global Sharia Equity | 2,72% | 1,79% | 5,18% | 2,72% | 13,88% | |
China Equity | Eastspring Syariah Greater China Equity USD A | -1,01% | -4,28% | 4,97% | -1,01% | 4,07% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI RUPIAH | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara | 0,66% | -0,54% | -0,56% | 0,66% | -1,30% |
Fixed Income | Batavia Dana Obligasi Ultima | 0,38% | -0,28% | 0,23% | 0,38% | -0,51% | |
Fixed Income | Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A | 0,34% | -0,70% | -0,88% | 0,34% | -0,80% | |
Fixed Income | Maybank Obligasi Syariah Negara | 0,21% | -0,74% | -0,73% | 0,21% | -1,80% | |
Fixed Income | Schroder Dana Mantap Plus II | 0,40% | 0,21% | -1,32% | 0,40% | -2,61% | |
Medium To High | All Cap Equity | Allianz Alpha Sector Rotation Kelas A | -2,88% | -11,26% | -5,54% | -2,88% | -8,13% |
SMC | Batavia Dana Saham Optimal | -3,16% | -8,36% | -4,64% | -3,16% | -6,92% | |
Big Cap Equity | BNP Paribas Pesona Syariah | -4,62% | -10,04% | -6,82% | -4,62% | -4,02% | |
All Cap Equity | Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A | -2,97% | -9,37% | -5,32% | -2,97% | -4,95% | |
Index Fund Equity | Maybank Financial Infobank15 Index | 0,88% | -10,93% | -7,00% | 0,88% | -10,12% | |
All Cap Equity | Schroder Dana Prestasi | -2,64% | -10,19% | -6,89% | -2,64% | -9,23% | |
Index | Index Harga Saham Gabungan | -0,09% | -6,56% | -2,33% | -0,09% | -1,65% |
*= NAV 30 Januari 2025
Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.