25 Agustus 2025

Domestik

Sepekan terakhir IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,91% didorong oleh sektor infrastruktur dan sektor energi yang masing-masing menyumbang -1,79% dan -1,04% terhadap indeks. Investor asing malah melakukan aksi beli sebesar Rp4,47 triliun dalam sepekan terakhir.

Indonesia mencatat langkah mengejutkan ketika Bank Indonesia memangkas suku bunga acuannya. Keputusan ini mencerminkan keyakinan BI bahwa inflasi tetap dalam target dan Rupiah cukup stabil, sementara dolar AS masih menghadapi tekanan. Pemangkasan ini juga menunjukkan sikap pre-emptive BI yang lebih leluasa dibanding The Fed, yang masih terikat kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja AS. Pasar merespons positif dengan penguatan saham berkapitalisasi besar serta aliran dana asing kembali masuk ke bursa domestik. Imbal hasil obligasi pemerintah juga turun signifikan, terutama pada tenor pendek, dengan obligasi Indonesia 2 tahun turun ke 5,486% dan obligasi Indonesia 10 tahun ke 6,359%. Lelang SRBI terbaru bahkan menekan yield ke 5,04%.

Selain itu, pemerintah merilis APBN 2026 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4%—tertinggi sejak 2018 dibanding estimasi pertumbuhan 2025 di kisaran 4,7–5%. Target penerimaan fiskal ditetapkan naik 9,8% per tahun, dengan defisit diproyeksikan sekitar 2,48% dari PDB, lebih rendah dari perkiraan 2025 sebesar 2,78%. Belanja pemerintah diarahkan pada program strategis jangka panjang dan insentif jangka pendek untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Dengan kombinasi stimulus fiskal dan moneter, tren penurunan yield kemungkinan berlanjut, mendorong investor ke aset berisiko. Prospek saham domestik tetap bullish dengan fundamental kuat, serta preferensi pada obligasi pemerintah tenor panjang untuk potensi imbal hasil optimal.

Amerika

Pasar tenaga kerja AS pekan ini menunjukkan tanda pelemahan. Data klaim pengangguran awal mingguan tercatat lebih tinggi dari perkiraan, sementara klaim lanjutan meningkat ke level tertinggi sejak akhir 2021. Di sisi lain, data housing starts justru naik ke level tertinggi dalam lima bulan, berlawanan dengan ekspektasi kontraksi. Aktivitas bisnis secara keseluruhan juga menguat, terlihat dari composite PMI yang mencatat ekspansi tertinggi sejak Desember lalu, terutama ditopang oleh sektor jasa. Meski demikian, ketidakpastian masih besar terkait dampak tarif impor terhadap harga konsumen. Kondisi data yang bercampur ini membuat arah kebijakan The Fed semakin rumit, sebab pemangkasan suku bunga terlalu cepat berisiko memicu inflasi baru sementara pasar tenaga kerja melemah. Fokus kini tertuju pada pertemuan Jackson Hole untuk mencari petunjuk dari Ketua The Fed Jerome Powell menjelang FOMC September. Berdasarkan perkembangan terakhir, probabilitas pemangkasan suku bunga pada September turun ke sekitar 67% dari sebelumnya 85%.

Asia Pasifik

Neraca perdagangan Jepang secara tak terduga mencatat defisit karena ekspor terus melemah di tengah ketidakpastian perdagangan global. Inflasi tahunan Jepang juga melanjutkan tren penurunan secara bertahap sejak puncaknya pada Januari tahun ini.

Sumber : Refinitiv

Data Makro

Data Makro Sekarang Sebelumnya
PDB ID 5,12% 4,87%
Inflasi ID 2,37 1,87%
Suku Bunga ID 5% 5,25%
Pengangguran ID 4,76% 4,91%
Neraca Dagang ID $4,11 Bio $4,3Bio

 

Kalender Ekonomi

Minggu Ini
Tanggal Indikator Ekonomi Data Konsensus Data Sebelumnya
28-Aug  US -  GDP Growth Rate q/q 3% -0,5%
 US -  Initial Jobless Claim 236k 235k
29-Aug  JP – Unemployment Rate 2,5% 2,5%
 US – Core PCE Price Index m/m 0,3% 0,3%
 US – Core PCE Price Index y/y 2,8% 2,8%
31-Aug  CN – NBS Manufacturing PMI 49,7% 49,3%

 

Minggu Sebelumnya

Tanggal

Indikator Ekonomi

Data Aktual

Data Konsensus

Data Sebelumnya

20-Aug

CN – Interest Rate

3,5%

3,5%

3,5%

ID – Interest Rate

5%

5,25%

5,25%

EU – Inflation Rate m/m

0%

0%

0,3%

EU – Inflation Rate y/y

0

2%

2%

EU – Core Inflation Rate y/y

2,3%

2,3%

2,3%

21-Aug

US – Initial Jobless Claim

235k

226k

224k

22-Aug

JP – Inflation Rate m/m

0,1%

0,2%

0,1%

JP – Inflation Rate y/y

3,1%

3,3%

3,3%

JP – Core Inflation y/y

3,1%

3%

3,3%

ID – Current Account

-$3 Bio

$0,5 Bio

-$0,2 Bio

 

Produk Fokus

PROFIL RISIKO ASSET CLASS PRODUK INVESTASI KINERJA*
DENOMINASI USD 1 tahun 1 bulan 3 bulan 6 bulan YTD
Low To Medium Fixed Income Ashmore Dana USD Nusantara -1,43% 0,59% 2,60% 0,34% 0,65%
Fixed Income BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 0,17% 1,88% 4,08% 4,39% 5,13%
Fixed Income BRI Melati Premium Dollar 0,21% 2,25% 4,28% 4,49% 3,39%
Fixed Income Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A 0,08% 0,04% 1,77% 2,19% 2,23%
Fixed Income Schroder USD Bond 0,23% 1,79% 3,90% 4,59% 5,08%
Medium to High Develop Market Equity Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar 2,22% 13,75% 3,67% 2,66% 3,05%
Technology Equity Batavia Technology Sharia Equity 3,13% 22,84% 1,11% 5,08% 12,50%
China Equity BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 5,47% 14,15% 15,10% 17,42% 33,00%
Develop Market Equity Schroder Global Sharia Equity 3,48% 11,07% 1,30% 4,05% 5,50%
China Equity Eastspring Syariah Greater China Equity USD A 4,63% 18,08% 10,11% 10,46% 16,39%

 

Produk Fokus

PROFIL RISIKO ASSET CLASS PRODUK INVESTASI KINERJA*
DENOMINASI RUPIAH 1 tahun 1 bulan 3 bulan 6 bulan YTD
Low To Medium Fixed Income Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara 0,73% 1,71% 2,27% 2,93% 1,82%
Fixed Income Batavia Dana Obligasi Ultima 0,50% 1,54% 2,20% 2,52% 2,53%
Fixed Income BNP Paribas Prima II Kelas RK1 1,01% 2,81% 4,64% 5,22% 6,64%
Fixed Income Maybank Dana Obligasi Negara 0,57% 1,72% 2,10% 2,31% 1,59%
Fixed Income Manulife Obligasi Unggulan Kelas A 0,31% 0,86% 1,11% 1,33% 0,57%
        
Medium To High Index Fund Allianz SRI-KEHATI Index 3,23% 4,66% 0,20% 0,03% -8,06%
All Cap Equity Batavia Dana Saham Optimal 4,49% 3,15% -2,41% -4,54% -6,51%
Big Cap Equity BNP Paribas Pesona Syariah 5,86% 10,51% 6,49% 2,85% -0,07%
SMC BRI Mawar Fokus 10 11,05% 17,62% 8,59% 5,88% -1,73%
All Cap Equity Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A 4,41% 5,12% -2,09% -4,19% -6,70%
Big Cap Equity Maybank Dana Ekuitas 1,31% 1,65% -7,77% -10,15% -12,47%
SMC Schroder Dana Istimewa 7,92% 9,62% 2,60% 0,53% -3,54%
        
Index Index Harga Saham Gabungan 10,40% 13,27% 6,26% 7,56% 4,48%

*= NAV 28 Juli 2025

Disclaimer

Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.